Pengungsi Rohingya Dipukul saat Minta Makan Lalu Ditembak Mati di Laut

Pengungsi Rohingya Dipukul saat Minta Makan Lalu Ditembak Mati di Laut

Lima belas dari 800 warga Rohingya dari Myanmar dan migran dari Bangladesh, yang tiba di Aceh Timur, menjalani perawatan di rumah sakit Langka karena dehidrasi berat.
Banyak dari mereka kelaparan dan kelelahan.
Sejauh ini proses pencatatan terhadap gelombang kedua migran terus dilakukan.
Mereka diketahui terdiri dari 256 orang Rohingya, termasuk perempuan dan anak-anak, dan 421 orang Bangladesh, semuanya laki-laki.
Mereka kini ditampung di sebuah gudang di Pelabuhan Langsa, Aceh Timur, seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia di sana, Sri Lestari.

[Pengungsi dan migran mendapat pertolongan medis setelah didaratkan di Aceh Timur]
Para pengungsi yang diselamatkan oleh nelayan menyatakan mereka berasal dari kapal yang sempat dihalau oleh TNI AL Indonesia dan Angkatan Laut Malaysia beberapa hari sebelumnya.

'Ditembak'
Mohamad Rofiq, pengungsi Rohingya dari Myanmar, mengatakan kepada BBC Indonesia kedua angkatan laut tersebut memberikan makanan dan minuman tetapi tidak mengizinkan mereka untuk mendarat.
"Kami berada di tengah laut, tanpa kapten kapal sampai kemudian diselamatkan oleh nelayan Indonesia pada pagi tadi," jelas Rofiq.
 
[Para pendatang mengatakan mereka dipukuli awak kapal ketika meminta tambahan makanan]
Dia mengatakan pergi dari Myanmar sejak dua bulan lalu dengan tujuan ke Thailand lalu ke Malaysia, selama itu pula dia berada di laut.
"Kami selalu di laut lalu dipindahkan ke kapal di Thailand, sedikit makanan yang ada diutamakan untuk bayi," jelas Rofiq.
Selama perjalanan di laut, Rofiq mengaku menyaksikan ratusan orang ditembak dan jasad dibuang ke laut.

Dia mengatakan membayar 2.000 ringgit Malaysia untuk perjalanan tersebut.
Sementara Mohamad Ali, pengungsi dari Bangladesh mengaku pergi dari Bangladesh 2,5 bulan yang lalu dan membayar 12.000 ringgit kepada kapten kapal.
"Selama itu dua bulan lebih di kapal kami hanya diberi makan sedikit dan dipukuli jika meminta makan," jelas Ali.
Kisah Penyelamatan
Jumat kemarin, nelatan di Aceh menyelamatkan para pengungsi, setelah sempat dihalau oleh TNI AL dan Angkutan Laut Malaysia pada awal pekan ini.
Salah satu nelayan dari Kota Langsa, Ar Rahman, mengatakan mendapatkan informasi dari radio komunikasi mengenai kapal yang hampir tenggelam di perairan Aceh Timur.
"Lalu saya dan kawan-kawan menuju lokasi untuk menolong mereka. Ketika sampai di sana kami melihat ratusan orang, laki-laki dan anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia. Ketika melihat kami laki-laki melompat ke laut dan berenang, sedih kami melihatnya," jelas Ar Rahman yang biasa disapa Pak Do.

[Ar Rahman atau biasa disapa Pak Do, ialah salah satu nelayan Aceh yang turut membantu proses evakuasi para pengungsi Bangladesh dan Myanmar]
Ar Rahman mengatakan perempuan dan anak-anak bertahan di kapal yang oleng sebelum dievakuasi.
"Laki-laki melompat ke laut sambil histeris dan berteriak Allahu Akbar. Mereka meminta tolong dengan bahasa mereka," jelas Ar Rahman kepada jurnalis BBC Indonesia, Sri Lestari.
Proses evakuasi para pengungsi ke pelabuhan Kuala Langsa kala itu dilakukan oleh lebih dari enam kapal nelayan dari Langsa.
Sebanyak 421 pengungsi merupakan warga Bangladesh yang semuanya laki-laki. Sementara pengungsi Rohingya berjumlah 256 orang terdiri dari laki-laki, perempuan, dan anak-anak.
 
 Bekal dari Angkatan Laut
Mohamad Rofiq, pengungsi Rohingya dari Myanmar, mengatakan ketika ditolak masuk ke perairan Indonesia dan Malaysia, mereka diberi bekal makanan dan bahan bakar oleh angkatan laut kedua negara.
"Makanan hanya sedikit dan kami berikan untuk bayi terlebih dahulu. Kami sangat kelaparan dan lelah setelah terombang ambing di laut selama empat hari," ungkap pria berusia 21 tahun itu.
Rofiq mengaku sempat mengungsi ke Bangladesh melalui jalan darat yang berbatasan dengan Myanmar.
Di sana, dia bertahan selama beberapa tahun sampai mendapatkan kartu pengungsi dari Badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi (UNHCR).

[Mohamad Rofiq, pengungsi etnik Rohingya asal Myanmar, memulai perjalanan dari Bangladesh ke Malaysia dua bulan lalu. Namun, kini dia terdampar di Aceh]
Dua bulan lalu dia memulai perjalanan dari Bangladesh menuju Malaysia melalui laut.
"Kami berada di laut selama dua bulan ke Malaysia, lalu ke Thailand dan bertahan di perairan negara itu selama kurang dari dua bulan. Kemudian kami disatukan ke kapal yang lebih besar menuju Malaysia. Tetapi di perjalanan kapten kapal meninggalkan kami," jelas Rofiq.
Rofiq mengatakan keluarganya masih berada di pengungsian di Bangladesh.

[Kaum perempuan dan anak-anak yang mengungsi dari Bangladesh dan Myanmar kini ditampung di Pelabuhan Langsa, Aceh]
Gelombang kedua
Ratusan pengungsi masih ditempatkan di gudang Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa. Di antara mereka, puluhan orang dilarikan ke rumah sakit karena kekurangan makanan dan menderita dehidrasi.
Gelombang pengungsi ini merupakan yang kedua tiba di Aceh dalam satu pekan ini. Sebelumnya hampir 600 pengungsi terdampar di Lhoksukon dan kini menempati lokasi pengungsian di Tempat Pelelangan Ikan Kuala Cangkoy, Kecamatan Lapang, Aceh Utara.
Diperkirakan gelombang pengungsi masih akan berdatangan karena ada ribuan pengungsi yang berada di laut.
Belum diketahui secara pasti berapa jumlah kapal yang mengangkut para pengungsi ini. Namun PBB meminta Indonesia dan Malaysia tidak menolak kedatangan mereka.

(sumber)

TERIMA KASIH Sudah Membaca dan Membagikan. Silahkan Masukkan Email Anda untuk Berlangganan Secara Gratis di Bawah Ini dan Tekan Tombol Subscribe

0 Response to "Pengungsi Rohingya Dipukul saat Minta Makan Lalu Ditembak Mati di Laut"

Post a Comment