Tim mahasiswa Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung meracik formula penghilang noda baju sekejap dari bahan kulit pisang. Bau noda pun ikut dihilangkan dengan pewangi. Satu kilogram kulit pisang bisa diolah menjadi sekitar setengah liter cairan pelenyap noda.
Tim Senyum Indonesia Mandiri ITB yang berisi enam mahasiswa itu memulai riset pada Oktober 2014. Dibantu dosen pembimbing, purwarupa pelenyap noda baju itu rampung pada Januari lalu. Produk itu membawa mereka menjadi kampiun ASEAN Chemical Product Design Competition di Universitas Indonesia, Maret lalu. Mereka juga meraih peringkat ketiga di final Youth Eco Preneur Competition 2015 di Bandung, Rabu, 13 Mei 2015.
Seorang awak tim, Christian Chandra, mengatakan jenis bercak yang bisa dilenyapkan antara lain noda saus sambal, kecap, air teh, kopi, es krim, dan kuah soto berkunyit. Noda-noda itu bisa hilang jika segera digosok dengan cairan pembersih yang mereka buat.
Pembersih itu didapat dari proses fermentasi kulit pisang dan mikroba. Hasilnya adalah asam sitrat yang bisa merontokkan noda. Pada produk lain, asam ini juga dipakai sebagai sebagai pemutih gigi. "Berbeda dengan penghilang noda di sabun cuci yang bikin iritasi atau kulit panas, ini lebih aman juga tidak menimbulkan alergi," kata mahasiswa tingkat empat tersebut.
Cairan pembersih itu dikemas dalam botol berukuran 8 militer yang biasa dipakai untuk parfum. Pada ujung botol berpenutup itu dipasangi bola kecil yang bisa berputar agar cairan pembersih bisa keluar. "Waktu digunakan, baju dialasi kain atau kertas supaya sisa noda tidak tembus," kata Christian.
Ide membuat pembersih noda itu berawal dari masalah rekan mereka yang pakaiannya terkena saus sambal saat makan. Para mahasiswa kemudian mencari bahan aktif penghilang noda dari riset-riset ilmiah. Menurut Christian, jeruk mengandung asam sitrat tinggi. Namun mereka memilih limbah kulit pisang untuk difermentasi.
Buah itu dipilih karena mudah didapat dan harganya terjangkau. Tim peneliti mengumpulkan limbah kulit pisang itu dari para penjual gorengan di sekitar Pasar Simpang Dago. "Awalnya kami gagal puluhan kali untuk campuran bahannya. Proses fermentasi itu juga susah," ujar Christian.
Setelah berhasil, mereka kini mengurus hak paten, izin usaha, dan izin Dinas Kesehatan Jawa Barat. Produk pembersih itu kini dipasarkan ke rekan dan kenalan mereka sesuai permintaan dengan harga Rp 35 ribu per botol. "Isinya akan habis setelah 15-20 kali pemakaian," kata awak tim lainnya, Christine Natalia.
0 Response to "Mahasiswa ITB Sulap Kulit Pisang Jadi Pelenyap Noda Baju"
Post a Comment